sponsored

Postingan Terbaru

BEBERAPA FAKTOR BENCANA AKIBAT ABAIKAN MANFAAT LAHAN BASAH

Tidak terbayangkan jika di masa depan kelak, manusia hidup tanpa lahan basah. maka akan terjadi kebanjiran, kekeringan, hal ini sudah terasa dari tahun ke tahun hinga sekarang yang kita rasakan: banjir dan longsoir dimana-mana. Luas lahan basah di seluruh dunia mengalami pengurangan yang signifikan. Menurut hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa 64% dari lahan basah di seluruh dunia telah menghilang sejak tahun 1900. Bahkan di beberapa kawasan, terutama Asia, laju pengurangan itu lebih tinggi. Saat ini luas lahan basah di dunia diperkirakan lebih dari 8,5 juta km2. Jumlah ini setara dengan lebih dari 6% dari total luas permukaan bumi (2015).
Foto: http://www.invonesia.com
Badan dunia yang membidangi masalah Air memperkirakan bahwa 90% dari semua bencana alam terkait dengan air. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memprediksikan bahwa peristiwa ekstrim ke depan akan jauh lebih parah lagi. Kerusakan lingkungan serta bencana yang terus menerpa, menjadikan ekosistem lingkungan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat (terutama masyarakat miskin) semakin rentan. Ramsar menyatakan bahwa 90% kematian akibat bencana terdapat di negara-negara miskin dan berpendapatan yang rendah.

BACA : MANFAAT LAHAN BASAH SEBAGAI PENYEIMBANG ALAM
BACA: SEJARAH LAHIRNYA LAHAN BASAH

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang terletak diantara dua lempeng benua yang menjadikan negara kepulauan ini memiliki risiko bencana gempa, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan tanah longsor 10 kali lebih besar dibandingkan dengan negara lainya. Kondisi ini diperparah dengan predikat Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki tingkat kerentanan terhadap dampak perubahan iklim yang cukup tinggi. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa tren bencana Indonesia dari 2002 hingga 2015 cenderung meningkat. Untuk lima tahun terakhir, pada 2011 terjadi sejumlah 1.633 bencana, 2012 sejumlah 1.811 bencana, 2013 sejumlah 1.674 bencana, dan 2014 sejumlah 1.967 bencana. Pada tahun 2002, tercatat 143 bencana terjadi di Indonesia, meningkat hingga 1.681 bencana pada 2015. Adapun dari rekapitulasi data bencana yang dimilikk BNPB, mulai 1 Januari hingga 8 Februari 2016 tercatat sejumlah 103 bencana banjir dan 63 kejadian tanah longsor.
Foto: beritasatu.com
Sembilan puluh lima persen diantaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, puting beliung, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Semuanya akibat tingginya kerusakan lingkungan, meningkatnya dampak perubahan iklim dan tidak terintegrasinya program pengurangan risiko bencana kedalam ranah kerja sektoral (dan sebaliknya).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, tren bencana Indonesia dari 2002 hingga 2015 cenderung meningkat.
Salah satu dampaknya pengurangan luas lahan basah. Sejak lama, lahan basah banyak beralih fungsi sebagai daerah pemukiman, pertanian, dan eksploitasi lainnya. Tidak bisa dipungkiri, Ibukota Jakarta pun sebelumnya adalah wilayah rawa-rawa yang berarti daerah lahan basah.

Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.
Historis lahan basah bagi kehidupan dapat kita lihat di pesisir pantai. Jika wilayah pesisir pantai rusak maka resapan air laut akan masuk ke lahan pertanian sehingga dapat merusaknya. Jika air laut meresap ke wilayah pemukiman maka air sumur penduduk akan berubah menjadi asin. Terjadi proses fisika, kimia dan biologi di suatu ekosistem. Yaitu pergerakan air melalui lahan basah ke sungai atau laut; pembusukan bahan organik; pelepasan unsur nitrogen, sulfur, dan karbon ke atmosfir; pengambilan unsur hara, sedimen dan bahan organik dari air ke dalam lahan basah dan pertumbuhan serta perkembangan seluruh organisme yang memerlukan lahan basah untuk kehidupannya.

Karena itu, melindungi fungsi alami lahan basah sama hakikatnya dengan melindungi mata pencaharian masyarakat. Lahan basah yang sehat pastinya akan menyediakan berbagai sumber daya alam yang dibutuhkan. Sebaliknya, lahan basah yang rusak akan sangat mengurangi kesempatan masyarakat untuk memperoleh manfaat dari sumber daya basah ini.

Inilah pekerjaan besar kita untuk meyakinkan masyarakat dan semua pihak bahwa mata pencaharian yang berkelanjutan di lahan basah itu harus dimulai dari sikap manusia dulu dengan memperlakukan alam secara bijaksana. Dengan memperlakukan alam secara baik maka kebaikan pula yang akan diberikan oleh alam. Kebaikan berupa jasa lingkungan yang berkelanjutan, baik dalam bentuk sumber daya yang bisa dimanfaatkan maupun dalam bentuk perlindungan wilayah lahan basah yang menjadi tempat aktivitas masyarakat.
(Fauzi Somantri dari berbagai sumber)