Somaliland Miliki Tim Nasional Yang Tidak "Resmi" Ada
Padahal Somaliland
memiliki semua yang di butuhkan untuk jadi suatu negara.
Orang-orangnya memiliki paspor Somaliland dan membayar dengan
shilling Somaliland. Bendera Somaliland terbang di Parlemen
Somaliland. Presiden terpilih secara demokratis dalam pemilihan (menurut versi mereka). Apa
yang tidak ada adalah tim sepak bola internasional yang belum diakui FIFA
atau sarana olahraga maupun prestasi anak negeri yang berkualitas Internasional.
Lahirnya Akademi Sepakbola Somaliland terjadi pada
bulan Februari, awalnya Ahmed Ali dan Mohammed Saeed (26),
dari Birmingham, bergabung dengan Abdisalam Ahmed (22), dan Hussein
Adan (26), dari London untuk mendirikan Akademi Sepakbola Somaliland
di tanah air orang tua mereka.
"Kami
pikir setiap orang muda harus memiliki kesempatan untuk bermain sepak
bola," ungkap Ali kepada media. Ali adalah seorang
mantan pelatih dan pencari bakat untuk West Bromwich Albion dan
Cardiff City.
"Di
sebagian besar negara lain sudah ada semacam struktur masing-masing,
sedangkan di sini tantangannya adalah untuk membangun segala sesuatu
dari bawah ke atas. Hal yang paling membuat kami bersemangat adalah
semua di mulai dari sepak bola, dari mulai akar rumput hingga mengerucut membentuk tim nasional." ungkap Ali kepala pendidikan sepakbola dan pelatih muda di Somaliland
Kuartet
ini sangat peduli dengan negerinya sendiri, dengan latar belakang pelatihan tetapi minim fasilitas, tidak ada uang dan tidak ada pemain. Karena bukan anggota
FIFA, Somaliland tidak menerima pendanaan internasional begitupun dari pemerintahnya. Namun pemerintah mensupport walaupun bukan dalam bentuk materi.
"Kami
berempat pergi ke kantor pemerintahan. Kami akan melakukan
seluruh pengembangan pemuda dan melatih kursus pendidikan,"
kata Ali.
Tim Nasional Somaliland
Tim Somaliland pernah ikut bertanding dalam laga persahabatan pertama mereka pada tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Presiden Ilyas Mohamed.
Sekelompok besar amatir yang berbasis di Inggris, termasuk seorang
guru olahraga dan administrator rumah sakit, berkompetisi di Piala
Dunia Sepak Bola 2016 di Abkhazia, bagian wilayah de facto Georgia tersebut.
Bermain
melawan negara-negara lain de facto, daerah otonom dan masyarakat
minoritas, Somaliland kehilangan tiga dari empat pertandingan mereka, hingga menyelesaikan 10 dari 12. Satu kemenangan mereka adalah kemenangan
3-2 atas Kepulauan Chagos, tim diaspora yang mewakili Kepulauan
Chagos di Samudera Hindia. Akhirnya Somaliland yang ikut serta pada Piala Dunia Sepak Bola 2016, berakhir di urutan ke sepuluh dari dua belas tim.
Meskipun
skuad termasuk empat pemain yang berbasis di Somaliland, pemerintah
pada saat itu mengklaim tim tidak dapat mewakili 'negara' dan bahwa
tujuannya adalah untuk diterima ke FIFA.
![]() |
Pendiri Akademi Sepak Bola Somaliland, Ahmed Ali (paling kiri), Mohammed Saeed (ketiga dari kanan), Hussein Adan (kedua dari kanan) dan Abdisalam Ahmed (paling kanan) (foto: Sahal Mohammed) |
Kehadiran
Somaliland di dunia sepakbola masih belum diakuai di mata dunia. Sekalipun tim 'nasional'
tidak resmi tersebut pernah bermain di ConIFA (Konfederasi Asosiasi Sepak Bola
Independen) dan Piala Dunia 2016.
Hadirnya kuartet tersebut berharap mendapat angin segar dunia sepakbola di Somaliland. Banyak ibu-ibu yang beraharap, kehadiran mereka bisa menghasilkan pundi-pundi rejeki agar anak-anaknya tidak perlu mencari penghidupan keluar negeri.
"Di
Inggris semuanya sudah diatur dan saya di sana untuk memberikan
sesi pelatihan, tapi di sini itu benar-benar nol," kata Ali.
"Ada banyak anak-anak bermain sepak bola di jalanan tetapi tidak
ada tim yang terorganisir." lanjutnya.
"Kami pernah memiliki 140 anak-anak muncul di lapangan. Kamu akan punya satu anak datang dan seminggu setelah dia membawa enam teman, dan kemudian mereka akan membawa 20 teman dan sebelum kamu tahu itu kamu akan punya ratusan anak kecil yang ingin bermain." kenang Ali.
"Kami pernah memiliki 140 anak-anak muncul di lapangan. Kamu akan punya satu anak datang dan seminggu setelah dia membawa enam teman, dan kemudian mereka akan membawa 20 teman dan sebelum kamu tahu itu kamu akan punya ratusan anak kecil yang ingin bermain." kenang Ali.
![]() |
Ahmed Ali (kanan) baru-baru ini diangkat sebagai kepala sepakbola pemuda dan pendidikan pelatih di Somaliland |
Hussein Adan,
yang pindah ke Somaliland pada bulan Juli 2017 dan mendirikan Akademi
Olahraga All Star, sekarang menjadi salah satu dari tujuh pusat di
bawah Akademi Sepakbola Somaliland, menambahkan: "Aku
sedang berjalan keliling kota dan melihat anak-anak bermain di
sudut-sudut jalan menendang-nendang botol atau kaus kaki yang
dibungkus dengan bola." ungkap Adan, yang juga bekerja dengan sekolah untuk merancang dan memberikan program pendidikan jasmani.
![]() |
Akademi telah membentuk liga nasional untuk anak laki-laki di bawah 13, 15 dan 17 tingkat |
Harapan Sepakbola Somaliland
Saat ini West Brom memberikan peralatan latihan dan pengiriman dari KitAid, tentu saja anak-anak muda dengan bangga mengenakan seragam Port Vale dan Walsall pada musim lalu.
Saat ini West Brom memberikan peralatan latihan dan pengiriman dari KitAid, tentu saja anak-anak muda dengan bangga mengenakan seragam Port Vale dan Walsall pada musim lalu.
"Anak-anak
akan datang ke lapangan dan menyapu tempat untuk
memastikan tidak ada batu atau benda keras lainnya. Ini membantu kami, pertama
dengan tidak harus membayar untuk fasilitas dan dua, para pemain
menaruh sedikit perhatian ke area lokal mereka," kata Ali.
Dalam
setahun, akademinya telah membentuk liga nasional untuk anak laki-laki
di bawah 13, 15 dan 17 tingkat. Mereka juga ingin mengembangkan
sepakbola untuk wanita.
"Untuk beberapa orang, melatih adalah tentang mengembangkan pemain untuk bermain di Liga Premier, tetapi bagi kami itu tentang memberi mereka harapan untuk terus maju dan tidak menyerah." ungkap Ali.
"Untuk beberapa orang, melatih adalah tentang mengembangkan pemain untuk bermain di Liga Premier, tetapi bagi kami itu tentang memberi mereka harapan untuk terus maju dan tidak menyerah." ungkap Ali.
Akademi
ini bekerja erat dengan Lions Gate, sebuah pusat olahraga yang
didirikan oleh orang Inggris lain, Mohammed Yusuf, di salah satu
daerah termiskin Hargeisa ibukota Somaliland. Didirikan untuk memerangi kekerasan geng,
Lions Gate telah melatih mantan anggota geng untuk menjadi pelatih,
wasit, dan staf lapangan.
Kehadiran kuartet tersebut menjadi sejarah baru sepakbola di negara mereka. Semua berharap adanya akademi sepakbola yang mereka rintis bisa mengurangi dampak pengangguran dan kekerasan. Pengangguran, pelecehan dan kekerasan adalah permsalahan sehari-hari hingga menyebabkan angka kematian yang tinggi meningkat, menyebabkan banyak pemuda yang rata-rata 14 tahun mencoba beremigrasi, mencari penghidupan yang layak. Itu sebabnya kenapa orang tua berharap kehadiran mereka memutus mata rantai permasalahan yang ada.
![]() |
Tim Somaliland yang diaspora-berat menempati peringkat ke-27 dari 40 anggota Conifa sementara FIFA menduduki peringkat keenam terendah di dunia. |
Para pendiri akademi telah melihat cukup banyak bakat untuk mempercayai tempat yang mengklaim Mo Farah sebagai miliknya (keluarganya tinggal di Somaliland) dapat memiliki masa depan yang positif di lapangan - jika diberi kesempatan.
Adan pun mengatakan dengan yakin,"Sembilan puluh sembilan persen pemain di sini secara fisik baik. Mereka dapat berlari dan secara teknis mereka bagus karena mereka telah memainkan banyak sepakbola jalanan. Saya pikir Anda dapat membandingkannya dengan Favela di Brasil. Ada banyak pemain mentah, ada banyak bakat mentah, tetapi mereka membutuhkan banyak pelatihan untuk memenuhi potensi mereka."
![]() |
Para pemain dan staf Akademi Sepak Bola Somaliland |
Lanjutnya, "Sepak bola adalah bahasa internasional dan jika kami menghasilkan pemain berbakat dan mereka membuat mereka terdengar di panggung internasional, itu akan membuat Somaliland menjadi yang baik. Masyarakat Somaliland begitu bergairah terhadap negara mereka. Jika ada sekelompok orang yang mewakili Somaliland di panggung internasional, itu tidak hanya untuk kaum muda, itu untuk semua orang. Saya harap suatu hari bisa terjadi, tetapi kami masih harus menempuh jalan panjang." Ungkap Adan salah satu pendiri Akademi sepakbola di Somaliland kepada BBC Sport.(Berbagai Sumber)